Senin, 06 April 2015

Tugas LMD2 Essay Gerakan Pemuda Dalam Dakwah



ESSAY
PERGERAKAN PEMUDA DALAM DAKWAH

Latihan Manajemen Dakwah (LMD) 2



11/8/2014


assiraaj.jpg
 










Nama         : Endang Sakinah
Utusan       : UKK As-Siraaj




 Kata Pengahantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh’.
Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, assholatuwassalamu ‘ala ash rofiil anbiya ‘iwal mursalin wa ‘alaa aalihi wasohbihii wasallam
Puji syukur yang paling pertama dan utama kepada Allah SWT karena limpahan rahmat kepada penulis, yang telah memunculkan ide-ide dalam tulisan ini, yang telah memberikan keluangan waktu untuk menyempatkan diri menulis dari sekian banyak kesibukan, yang telah memberikan nikmat iman dan kesehatan sehingga tulisan ini dapat terselesaikan
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi akhir zaman, yakni Nambi Muhammad SAW, para isteri beliau, sahabat-sahabat beliau, para tabi’in dan tabi’at, serta para muhajidin yang senantiasa berjuang dijalan Allah, yakni jalan ketaatan, yang terus rela mengorbankan waktu, harta bahkan nyawanya untuk menegakkan islam dan menyeru kepada kaum kafir sehingga dari kejadian-kedian masa lalu di zaman Rasulullah yang menularkan semangat juang untuk para kativis dakwah dalam mensyi’arkan agama islam saat ini
Penulisan essay ini tidak pernah lepas dari kekurangan, ataupun kesalahan tapi kita ambil ibrah dari kata per kata, kalimat per kalimat yang termaktub dalam tulisan
Dakwah adalah pemicu untuk melahirkan generasi rabbani untuk dimasa depan, kegemilangan hasil dalam dakwah mempengaruhi aspek kehidupan kedepannya sehingga para pejuang pun kini mulai bberlomba dalam menyeru kebaikan karena ilmu yang kita miliki sangat berharga jika kita sampaikan kepada yang belum memahami atau mengetahui, untuk itulah prinsip para pejuang selalu tergantung juga pada hadist berikut  Sampaikanlah olehmu apa yang kalian peroleh dari aku walaupun hanya satu ayat.” ( H.R. Bukhari, At-Tirmizi dan Ahmad dari Ibnu Amr)
Demikian untuk sambutan ini ‘Wabillahi taufik wal hidayah wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh’.




Pergerakan Pemuda Dalam Dakwah
Kita saat ini hidup di era globalisasi yang sangat modern, kenapa saya katakan begitu karena kita lihat teknologi 3D yang belum sempat kita nikmati ternyata sudah muncul lagi yang namanya 4D. Sederhanaya saja jika kita meninjau ke media sosial telah banyak diminati oleh pemuda, baik dari kalangan bangsawan sampai kalangan pas-pasan.
Kita tinjau lagi di dunia pendidikan, perkembangan pesat teknologi dari segi positifnya sudah terlihat melalui pnyiaran film film yang bertajuk islami yang masih membudayakan syari’at keislaman, terupdatenya materi materi islami dari blog-blog para penegak dakwah, ataupun dari status-status facebook aktivis dakwah. Bukan hanya itu, walaupun adanya kenyataan yang cukup pahit tentang program sekolahan atau perkuliahan yang menerapkan pendidikan agama islam hanya 2 jam saja perminggunya atau hanya 2 sks saja di kampus-kampus umum tapi kita lihat semangat juang para pemuda aktivis dakwah mengorbankan banyak waktu untuk melebarkan sayap-sayap dakwahnya yaitu dengan memprogramkan pembentukan ekstrakulikuler keagamaan yakni REMUS (Remaja Mushalla) atau ROHIS (Rohani Islam) di sekolah-sekolah umum ataupun dikalangan kampus yang kita kenal dengan LDK (Lembaga Dakwah Kampus).
Kalimat yang cukup populer dikalangan pemuda, ‘yang muda yang mulia’. Mengutip pesan dari seorang ulama ‘Allah benci kepada orang yang bermaksiat, tapi Allah lebih membeci orang tua yang bermaksiat, dan Allah suka kepada orang yang taat dan Allah lebih menyukai orang muda yang taat’. Kita bisa rangkai sedikit kesimpulan dari kalimat tersebut, yaitu masa muda adalah masa dimana Allah memberikan kenikmatan yang serba berkecukupan, tapi jarang sekali kita melihat para pemuda memanfaatkan kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya, jarang kita lihat para pemuda mengapresiasi kenikmatan tersebut dengan lebih taat dalam ibadah kepada Allah. Malah yang ada kebanyakan dari mereka menggunakan waktu luang untuk bersenang-besenang tanpa tujuan, bermewah-mewah dengan harta orang tuanya, padahal kita sering kali mendengar kisah ketika Rasulullah SAW yang menemukan 6 orang sahabat yang sedang duduk santai di pinggir masjid nabawi ba’da asar kemudian Rasulullah pun bertanya ‘sudah adakah gambar gembira yang menyatakan bahwa kalian sudah diampuni oleh Allah ?’, keenam sahabat ini kemudian tertunduk dan balik bertanya kepada Rasulullah ‘ya Rasulullah apa kifaratnya atas kealpaan kami karena duduk santai ?’, sebelum Rasul menyampaikan kifaratnya turunlah firman Allah yakni ‘belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak diantara mereka menjadi fasik’ ( Q.S Al-Hadid : 16).
Pemuda, adalah kata yang kita dapatkan bermakna ketangguhan ataupun kekuatannya melebihi anak kecil maupun orang tua, fase muda adalah fase dimana orang-orang dengan semangat yang tinggi menggapai apa yang diinginkan, ‘yang muda yang mulia’, sahabat Rasulullah terdiri dari orang-orang muda yang umurnya dibawah 30 tahun, dengan semangat jihad yang tinggi, sahabat Rasulullah Khalid bin walid dimasa mudanya menjadi pedang Allah dalam berbagai perang, Muhammad II yang kita kenal dengan Muhammad Al-Fatih menaklukkan kota konstntinopel dimasa mudanya.
‘yang muda yang mulia’, tak heran jika Ir. Soekarno mengatakan bawakan aku 10 pemuda maka aku akan menngempar dunia, jika 10 pemuda itu bersatu dalam pergerakan islam maka suatu saat duniapun akan digemparkan dengan kobaran semangat sehingga keping-keping kekufuran manusiapun mulai beruntuhan.
Pemuda dengan perannya dalam pergerakan dakwah memicu hal sangat penting, mensyi’arkan agama islam bukan hanya di wilayah kampus atau sekolah, bukan hanya ditempat ia tinggal saja tapi di segenap penjuru kalau perlu dari sabang sampai merauke.
Kadang kala gerakan para pemuda ini kepentok masalah klasik kekurangan dana, misalnya. Hal itu biasa dan terjadi di mana-mana, di setiap waktu dan tempat, bukan hanya di Indonesia dan di masa sekarang saja. Meskipun tidak mempunyai materi berlimpah, semua pergerakan disusun, dirancang, dan dilaksanakan oleh pemuda. Pemuda aktivis boleh miskin materi, tetapi jiwanya kaya, sehingga pantang menyerah dan mengeluh. Mereka tidak mengorbankan iffah, kehormatan diri, hanya untuk meminta-minta, karena pemuda perintis dan pelopor pergerakan yang berhasil adalah mereka yang bermental baja.
Kekuatan moral dan spiritual menjadi modal utama dan pertama dalam setiap pergerakan. Mungkin saja landasan moral dan spiritual sebuah pergerakan salah atau bathil, tetapi pasti punya semangat. Apatah lagi kita yang mempunyai landasan moral dan spiritual yang benar, bersumber dari petunjuk Allah Ta’ala. Kekuatan moral dan spiritual yang benar akan menghasilkan azam dan iradah qawiyah. Bahkan, orang akan menjadi muda selamanya dan bergairah terus, jika bergerak atas landasan moral dan spiritual yang benar. Alhamdulillah, kita telah diberikan karunia itu oleh Yang Mahakuasa.
Dinul Islam itulah modal besar, karena sesuai dengan fitrah manusia, tidak berbenturan dengan kultur manusia, binatang, dan ekosistem. Bahkan, Allah menegaskan bahwa semua makhluk itu adalah junud (tentara) Allah. Artinya, kita harus yakin bahwa pergerakan yang bertentangan dengan fitrah manusia adalah bertentangan dengan kehendak Allah, karena semuanya bergerak dalam nuansa dan irama yang sama. Semuanya bertasbih kepada Allah. Jika perjuangan Islam kompak dengan perjuangan alam (universe), maka perjuangan itu akan berhasil. Pohon dan tetumbuhan, binatang, cuaca, gejala alam semuanya menjadi teman-teman perjuangan kita.
Berjuang tanpa fitrah alam akan gagal, karena hukum itu bersifat baku dan tetap sepanjang zaman. Ini adalah modal yang sangat besar, walaupun kita tidak merasakannya. Padahal, bantuan Allah lewat alam (nature) itu sangat banyak. Misalnya, bekerja dalam hujan, tetapi tidak masuk angin, malah hujan itu menjadi penyegar. Bahkan, semuanya itu untuk mengokohkan, jika kita berstatus juga sebagai Jundullah. Caranya, sesuaikanlah sifat jundiyah kita dengan jundiyah angin, binatang, pohon, dan lain-lain.
Rasulullah sering dibantu oleh para jundi alam ini: tumbuhan, binatang, cuaca, dan sebagainya. Bahkan, karamah para sahabat dalam perang Qadisiyah, ketika mereka menyeberang sungai sambil berkata: “Wahai air, kita sama-sama jundullah, bantulah kami karena sedang melaksanakan tugas”. Akhirnya, air yang dalam dan deras itu menjadi dangkal dan tenang untuk dilewati.
Kita sedih menyaksikan ada pejabat tinggi pemerintah yang tidak mau dinasehati salah seorang ikhwah. Padahal kita hanya ingin menyelamatkan umat, bukan mengincar jabatan. Tetapi, pejabat tersebut setelah menduduki posisinya justru keenakan dan tidak mau direpoti oleh saran-saran yang berguna bagi umat.
Itu semua hanya bisa dilakukan dalam proses institusionalisasi, ketika tantangan dakwah berat dan sulit. Ada tawashau bil haq wa bis shobri, sehingga menimbulkan daya tahan (QS Ali Imran: 157). Wa ma dla’ufu wa ma istakanu (mereka tidak lemah dan tidak menyerah). Juga dilengkapi dengan tawashau bil marhamah. Tatkala seseorang mendapat musibah dan menderita, maka orang tersebut tidak sendirian, tetapi bersama-sama dengan banyak orang, sehingga potensinya tidak terpuruk.
Kesadaran memiliki modal dasar itu penting demi iradah qawiyah dan azam yang tinggi. Kalau melihat perjalanan dakwah ke belakang pada tahun 1980-an, ketika Orde Baru berkuasa, bagaimana dakwah ini dikekang, diatur dan dikendalikan oleh pemerintah. Bahkan, dai yang menafsirkan surat Al Ikhlas sebagai ajaran tauhid saja sudah diberangus, sampai dikejar-kejar, sehingga akhirnya tema ceramah diubah menjadi syarat sahnya berwudlu. Justru di masa-masa sulitlah dakwah berkembang dan berekspansi, karena punya modal banyak.
Strategi awal dakwah kita adalah harakah at taghyir yang membutuhkan anashir at taghyir. Karena kita membutuhkan banyak unsur perubahan, maka kita perlu mendapatkan akses dakwah pada pusat-pusat perubahan, yaitu markaz at taghyir. Dalam tahap awal, pusat perubahan yang kita akses adalah wilayah ilmiyah, yaitu kampus-kampus dan sekolah-sekolah. Setelah itu kita mengakses wilayah sya’biyah (masyarakat umum) melalui masjid-masjid dan pengajian umum.
Kampus dan sekolah itu pada dasarnya adalah milik umat. Sesudah itu, dakwah dalam amal thullabi dilanjutkan dengan amal mihani (dakwah profesi). Seyogyanya memang amal thullabi dan amal mihani itu disinergikan, karena mengarahkan kemampuan profesional harus dimulai sejak masa mahasiswa.


Kesimpulan
Ditengah-tengah kehidupan yang semakin maju dengan teknologi tidak menyurutkan semangat juang para pemuda untuk berdakwah, banyaknya media yang mendukung ghazwul fiqri dari orang-orang barat sana tidak mengurungkan niat mereka untuk berjihad.
Pemuda dengan perannya dalam pergerakan dakwah memicu hal sangat penting, mensyi’arkan agama islam
Dinul Islam itulah modal besar, karena sesuai dengan fitrah manusia, tidak berbenturan dengan kultur manusia, binatang, dan ekosistem. Berjuang tanpa fitrah alam akan gagal, karena hukum itu bersifat baku dan tetap sepanjang zaman. Ini adalah modal yang sangat besar, walaupun kita tidak merasakannya. Padahal, bantuan Allah lewat alam (nature) itu sangat banyak.
Strategi awal dakwah kita adalah harakah at taghyir yang membutuhkan anashir at taghyir. Karena kita membutuhkan banyak unsur perubahan, maka kita perlu mendapatkan akses dakwah pada pusat-pusat perubahan, yaitu markaz at taghyir.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim

1 komentar: