ESSAY
PERGERAKAN
PEMUDA DALAM DAKWAH
Latihan Manajemen Dakwah (LMD) 2
11/8/2014
Nama :
Endang Sakinah
Utusan : UKK As-Siraaj
Utusan : UKK As-Siraaj
Kata Pengahantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa
barokatuh’.
Alhamdulillah,
Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, assholatuwassalamu ‘ala ash rofiil anbiya ‘iwal
mursalin wa ‘alaa aalihi wasohbihii wasallam
Puji
syukur yang paling pertama dan utama kepada Allah SWT karena limpahan rahmat
kepada penulis, yang telah memunculkan ide-ide dalam tulisan ini, yang telah
memberikan keluangan waktu untuk menyempatkan diri menulis dari sekian banyak
kesibukan, yang telah memberikan nikmat iman dan kesehatan sehingga tulisan ini
dapat terselesaikan
Shalawat
serta salam penulis haturkan kepada Nabi akhir zaman, yakni Nambi Muhammad SAW,
para isteri beliau, sahabat-sahabat beliau, para tabi’in dan tabi’at, serta
para muhajidin yang senantiasa berjuang dijalan Allah, yakni jalan ketaatan,
yang terus rela mengorbankan waktu, harta bahkan nyawanya untuk menegakkan
islam dan menyeru kepada kaum kafir sehingga dari kejadian-kedian masa lalu di
zaman Rasulullah yang menularkan semangat juang untuk para kativis dakwah dalam
mensyi’arkan agama islam saat ini
Penulisan
essay ini tidak pernah lepas dari kekurangan, ataupun kesalahan tapi kita ambil
ibrah dari kata per kata, kalimat per kalimat yang termaktub dalam tulisan
Dakwah
adalah pemicu untuk melahirkan generasi rabbani untuk dimasa depan,
kegemilangan hasil dalam dakwah mempengaruhi aspek kehidupan kedepannya
sehingga para pejuang pun kini mulai bberlomba dalam menyeru kebaikan karena
ilmu yang kita miliki sangat berharga jika kita sampaikan kepada yang belum
memahami atau mengetahui, untuk itulah prinsip para pejuang selalu tergantung
juga pada hadist berikut “Sampaikanlah olehmu apa yang kalian peroleh dari aku walaupun
hanya satu ayat.” ( H.R. Bukhari, At-Tirmizi dan Ahmad dari Ibnu Amr)
Demikian untuk sambutan ini ‘Wabillahi
taufik wal hidayah wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh’.
Pergerakan Pemuda Dalam Dakwah
Kita
saat ini hidup di era globalisasi yang sangat modern, kenapa saya katakan
begitu karena kita lihat teknologi 3D yang belum sempat kita nikmati ternyata
sudah muncul lagi yang namanya 4D. Sederhanaya saja jika kita meninjau ke media
sosial telah banyak diminati oleh pemuda, baik dari kalangan bangsawan sampai
kalangan pas-pasan.
Kita
tinjau lagi di dunia pendidikan, perkembangan pesat teknologi dari segi
positifnya sudah terlihat melalui pnyiaran film film yang bertajuk islami yang
masih membudayakan syari’at keislaman, terupdatenya materi materi islami dari
blog-blog para penegak dakwah, ataupun dari status-status facebook aktivis
dakwah. Bukan hanya itu, walaupun adanya kenyataan yang cukup pahit tentang
program sekolahan atau perkuliahan yang menerapkan pendidikan agama islam hanya
2 jam saja perminggunya atau hanya 2 sks saja di kampus-kampus umum tapi kita
lihat semangat juang para pemuda aktivis dakwah mengorbankan banyak waktu untuk
melebarkan sayap-sayap dakwahnya yaitu dengan memprogramkan pembentukan
ekstrakulikuler keagamaan yakni REMUS (Remaja Mushalla) atau ROHIS (Rohani
Islam) di sekolah-sekolah umum ataupun dikalangan kampus yang kita kenal dengan
LDK (Lembaga Dakwah Kampus).
Kalimat
yang cukup populer dikalangan pemuda, ‘yang muda yang mulia’. Mengutip pesan
dari seorang ulama ‘Allah benci kepada orang yang bermaksiat, tapi Allah lebih
membeci orang tua yang bermaksiat, dan Allah suka kepada orang yang taat dan
Allah lebih menyukai orang muda yang taat’. Kita bisa rangkai sedikit
kesimpulan dari kalimat tersebut, yaitu masa muda adalah masa dimana Allah
memberikan kenikmatan yang serba berkecukupan, tapi jarang sekali kita melihat
para pemuda memanfaatkan kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya, jarang kita
lihat para pemuda mengapresiasi kenikmatan tersebut dengan lebih taat dalam
ibadah kepada Allah. Malah yang ada kebanyakan dari mereka menggunakan waktu
luang untuk bersenang-besenang tanpa tujuan, bermewah-mewah dengan harta orang
tuanya, padahal kita sering kali mendengar kisah ketika Rasulullah SAW yang menemukan 6 orang sahabat yang sedang duduk santai
di pinggir masjid nabawi ba’da asar kemudian Rasulullah pun bertanya ‘sudah
adakah gambar gembira yang menyatakan bahwa kalian sudah diampuni oleh Allah
?’, keenam sahabat ini kemudian tertunduk dan balik bertanya kepada Rasulullah
‘ya Rasulullah apa kifaratnya atas kealpaan kami karena duduk santai ?’,
sebelum Rasul menyampaikan kifaratnya turunlah firman Allah yakni ‘belum
tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk secara khusyuk mengingat
Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan
janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab
sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka
menjadi keras. Dan banyak diantara mereka menjadi fasik’ ( Q.S Al-Hadid : 16).
Pemuda,
adalah kata yang kita dapatkan bermakna ketangguhan ataupun kekuatannya
melebihi anak kecil maupun orang tua, fase muda adalah fase dimana orang-orang dengan
semangat yang tinggi menggapai apa yang diinginkan, ‘yang muda yang mulia’,
sahabat Rasulullah terdiri dari orang-orang muda yang umurnya dibawah 30 tahun,
dengan semangat jihad yang tinggi, sahabat Rasulullah Khalid bin walid dimasa
mudanya menjadi pedang Allah dalam berbagai perang, Muhammad II yang kita kenal
dengan Muhammad Al-Fatih menaklukkan kota konstntinopel dimasa mudanya.
‘yang
muda yang mulia’, tak heran jika Ir. Soekarno mengatakan bawakan aku 10 pemuda
maka aku akan menngempar dunia, jika 10 pemuda itu bersatu dalam pergerakan
islam maka suatu saat duniapun akan digemparkan dengan kobaran semangat
sehingga keping-keping kekufuran manusiapun mulai beruntuhan.
Pemuda
dengan perannya dalam pergerakan dakwah memicu hal sangat penting, mensyi’arkan
agama islam bukan hanya di wilayah kampus atau sekolah, bukan hanya ditempat ia
tinggal saja tapi di segenap penjuru kalau perlu dari sabang sampai merauke.
Kadang
kala gerakan para pemuda ini kepentok masalah klasik kekurangan dana, misalnya.
Hal itu biasa dan terjadi di mana-mana, di setiap waktu dan tempat, bukan hanya
di Indonesia dan di masa sekarang saja. Meskipun tidak mempunyai materi
berlimpah, semua pergerakan disusun, dirancang, dan dilaksanakan oleh pemuda.
Pemuda aktivis boleh miskin materi, tetapi jiwanya kaya, sehingga pantang
menyerah dan mengeluh. Mereka tidak mengorbankan iffah, kehormatan
diri, hanya untuk meminta-minta, karena pemuda perintis dan pelopor pergerakan
yang berhasil adalah mereka yang bermental baja.
Kekuatan
moral dan spiritual menjadi modal utama dan pertama dalam setiap pergerakan.
Mungkin saja landasan moral dan spiritual sebuah pergerakan salah atau bathil,
tetapi pasti punya semangat. Apatah lagi kita yang mempunyai landasan moral dan
spiritual yang benar, bersumber dari petunjuk Allah Ta’ala. Kekuatan moral dan
spiritual yang benar akan menghasilkan azam dan iradah qawiyah.
Bahkan, orang akan menjadi muda selamanya dan bergairah terus, jika bergerak
atas landasan moral dan spiritual yang benar. Alhamdulillah, kita telah
diberikan karunia itu oleh Yang Mahakuasa.
Dinul Islam itulah modal besar,
karena sesuai dengan fitrah manusia, tidak berbenturan dengan kultur manusia,
binatang, dan ekosistem. Bahkan, Allah menegaskan bahwa semua makhluk itu
adalah junud (tentara) Allah. Artinya, kita harus yakin bahwa
pergerakan yang bertentangan dengan fitrah manusia adalah bertentangan dengan
kehendak Allah, karena semuanya bergerak dalam nuansa dan irama yang sama.
Semuanya bertasbih kepada Allah. Jika perjuangan Islam kompak dengan perjuangan
alam (universe), maka perjuangan itu akan berhasil. Pohon dan
tetumbuhan, binatang, cuaca, gejala alam semuanya menjadi teman-teman
perjuangan kita.
Berjuang tanpa fitrah alam akan
gagal, karena hukum itu bersifat baku dan tetap sepanjang zaman. Ini adalah
modal yang sangat besar, walaupun kita tidak merasakannya. Padahal, bantuan
Allah lewat alam (nature) itu sangat banyak. Misalnya, bekerja dalam
hujan, tetapi tidak masuk angin, malah hujan itu menjadi penyegar. Bahkan,
semuanya itu untuk mengokohkan, jika kita berstatus juga sebagai Jundullah.
Caranya, sesuaikanlah sifat jundiyah kita dengan jundiyah
angin, binatang, pohon, dan lain-lain.
Rasulullah
sering dibantu oleh para jundi alam ini: tumbuhan, binatang, cuaca, dan
sebagainya. Bahkan, karamah para sahabat dalam perang Qadisiyah,
ketika mereka menyeberang sungai sambil berkata: “Wahai air, kita sama-sama
jundullah, bantulah kami karena sedang melaksanakan tugas”. Akhirnya, air yang
dalam dan deras itu menjadi dangkal dan tenang untuk dilewati.
Kita sedih menyaksikan ada
pejabat tinggi pemerintah yang tidak mau dinasehati salah seorang ikhwah.
Padahal kita hanya ingin menyelamatkan umat, bukan mengincar jabatan. Tetapi,
pejabat tersebut setelah menduduki posisinya justru keenakan dan tidak mau
direpoti oleh saran-saran yang berguna bagi umat.
Itu semua hanya bisa dilakukan
dalam proses institusionalisasi, ketika tantangan dakwah berat dan sulit. Ada tawashau
bil haq wa bis shobri, sehingga menimbulkan daya tahan (QS Ali Imran:
157). Wa ma dla’ufu wa ma istakanu (mereka tidak lemah dan tidak
menyerah). Juga dilengkapi dengan tawashau bil marhamah. Tatkala
seseorang mendapat musibah dan menderita, maka orang tersebut tidak sendirian,
tetapi bersama-sama dengan banyak orang, sehingga potensinya tidak terpuruk.
Kesadaran
memiliki modal dasar itu penting demi iradah qawiyah dan azam yang tinggi.
Kalau melihat perjalanan dakwah ke belakang pada tahun 1980-an, ketika Orde
Baru berkuasa, bagaimana dakwah ini dikekang, diatur dan dikendalikan oleh pemerintah.
Bahkan, dai yang menafsirkan surat Al Ikhlas sebagai ajaran tauhid saja sudah
diberangus, sampai dikejar-kejar, sehingga akhirnya tema ceramah diubah menjadi
syarat sahnya berwudlu. Justru di masa-masa sulitlah dakwah berkembang dan
berekspansi, karena punya modal banyak.
Strategi awal dakwah kita adalah
harakah at taghyir yang membutuhkan anashir at taghyir.
Karena kita membutuhkan banyak unsur perubahan, maka kita perlu mendapatkan
akses dakwah pada pusat-pusat perubahan, yaitu markaz at taghyir.
Dalam tahap awal, pusat perubahan yang kita akses adalah wilayah ilmiyah,
yaitu kampus-kampus dan sekolah-sekolah. Setelah itu kita mengakses wilayah
sya’biyah (masyarakat umum) melalui masjid-masjid dan pengajian umum.
Kampus dan sekolah itu pada dasarnya
adalah milik umat. Sesudah itu, dakwah dalam amal thullabi dilanjutkan
dengan amal mihani (dakwah profesi). Seyogyanya memang amal
thullabi dan amal mihani itu disinergikan, karena mengarahkan
kemampuan profesional harus dimulai sejak masa mahasiswa.
Kesimpulan
Ditengah-tengah
kehidupan yang semakin maju dengan teknologi tidak menyurutkan semangat juang
para pemuda untuk berdakwah, banyaknya media yang mendukung ghazwul fiqri dari
orang-orang barat sana tidak mengurungkan niat mereka untuk berjihad.
Pemuda
dengan perannya dalam pergerakan dakwah memicu hal sangat penting, mensyi’arkan
agama islam
Dinul
Islam itulah modal besar, karena sesuai dengan fitrah manusia, tidak
berbenturan dengan kultur manusia, binatang, dan ekosistem. Berjuang tanpa
fitrah alam akan gagal, karena hukum itu bersifat baku dan tetap sepanjang
zaman. Ini adalah modal yang sangat besar, walaupun kita tidak merasakannya.
Padahal, bantuan Allah lewat alam (nature) itu sangat banyak.
Strategi
awal dakwah kita adalah harakah at taghyir yang membutuhkan anashir
at taghyir. Karena kita membutuhkan banyak unsur perubahan, maka kita
perlu mendapatkan akses dakwah pada pusat-pusat perubahan, yaitu markaz at
taghyir.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul
Karim
Alhamdulillah, terima kasih bermafaat sekali.
BalasHapus