Menjadi bintang kelas ? siapa yang
tidak mendambakan ?
meraih prestasi sehingga banyak guru yang menyanjung tak hanya itu teman-teman sebaya pun hanya bergantung kepadanya, siapa yang tidak menginginkan hal-hal semacam itu, popularitas dan ketenaran dikalangan sekolah, lingkungan tempat tinggal bahkan sampai isu pun beredar di sekolah lain bahwa ia begitu membanggakan. Kadang iri, dan cemburu siswa lain terhadapnya pun selalu ada.
Ya begitulah tutur salah seorang
akhwat ketika forum curhat bareng di majelis ‘ilm sebulan yang lalu. Lanjut ia
mengatakan terkadang rasa cemburu itupun ada pada diriku, bayangkan aku pun
pernah meraih sukses sesukses dia, sering mendapat sanjungan yang sama
dengannya dari guru-guru, tak heran aku dijuluki ratu matematika di dalam kelas
karena ketika ujian matematika hanya aku yang mendapat nilai 100 diantara
sekian banyak kelas, itu bukan hanya sekali dua kali tapi hampir setiap tahun
aku mengalami hal yang sama, sungguh keberuntungan itu sangat memihak kepadaku,
banyaknya pujian yang terlontar dari orang-orang disekitar ternyata membuatku
melayang, ya… bagaimana tidak aku selalu merraih juara umum disepanjang tahun,
dan detik-detik terakhir semakin diriku membanggakan semua orang, prestasi yang
kini aku raih kembali menjadi juara umum ujian nasional dengan nilai Sembilan
komaan. Pujian demi pujian terucap dari mulut ke mulut, hingga sampai menyebar
ke kampung-kampung sebelah, tapi karena pujian itu justru membuatku tak
sadarkan diri bahwa nikmat ini Cuma sesaat, aku mulai berfikir bahwa tidak ada
yang bisa mengalahkan aku namun ketenaran itu justru aku rasakan sampai sekolah
menengah pertama dan selanjutnya tidak aku rasakan lagi ketika aku duduk
dibangku SMA.
Hilang sudah semua yang dulu, aku
yang dulunya begitu membanggakan kini semua hanya kenangan, tidak ada yang
percaya kalau aku dulunya adalah bintang kelas, yang ada aku seekarang hanyalah
siswa biasa-biasa saja, yang bahkan ketika ujian matematika tidak pernah
mendapatkan nilai lebih dari 70. Bukan karena malas belajar tapi memang tidak
bisa mengerti ketika diajar.
Ya.. disini aku punya teman baru yang
bisa dibilang teman akrab, aku sebangku dengannya, dan begitu banyak sosok
diriku yang dulu ada pada dirinya, tak heran ada iri dalam hati.. ahh.. kalau
tidak bersegera istigfar itu bisa menjadi penyakit hati yang berkelanjutan.
Kadang minder berteman dengannya,
bagaimana tidak disetiap pertanyaan yang ia lontarkan dari kelas satu sampai
kelas tiga adalah hal-hal yang mustahil aku raih, ‘ukh.. berapa ringkingnya?,
berapa dapat nilai matematika?’. Aku hanya tersenyum dengan rasa sakit dalam
hati.
Lagi-lagi minder dekatnya, yaa.. saat
ketika ia meremehkan kemampuan yang aku miliki, kata-kata super yang ketika
kalian mendengar juga akan merasakan hal yang sama denganku ‘emang kamu bisa
melakukannya ? emang kamu bisa meraih ini dan itu ? aku tidak yakin!!..’ dan
ketika ia menunjukkan bahwa dirinyalah yang paling bisa mengerjakan suatu
pekerjaan.
Minder lagi minder lagi ketika ia
menceritakan kehebatan-kehebatan yang ia miliki yang bahkan jika ia tidak
menceritakannya pun semua orang sudah tau
Memang, dekat denganmu membuat sakit
hati tapi dekat denganmu melatih diriku menjadi orang yang super sabar dan
karena mengenalmu membuatku menyadari kesombonganku dahulu
Tak pernah menyalahkan takdir karena
aku tau dibalik teguran ini berarti Allah masih menyayangiku dan tidak mau
membiarkanku luput dalam kesombongan.
Ujian dengan pujian itu ternyata
lebih berat dari ujian dengan kesusahan, dan dengan sekejap diri ini tersadar
bahwa ‘ilmu yang manusia miliki hanya titipan yang kapan saja bisa Allah cabut
kembali.
Aku rasakan apa yang teman-teman SMP
ku dulu rasakan, mungkin karena kesombonganku membuat mereka sakit hati,
tersinngung ataupun minder.
So.. pelajaran kali ini hargai
orang-orang disekitarmu, karena mereka penentu ridha Allah.
Allah titipkan sebagian ‘ilmu kepada
manusia hanya untuk dibagi dan dimanfaatkan sebaik mungkin, bukan untuk
menjadikan manusia itu sombong dan congkak.
0 komentar:
Posting Komentar